ASIATODAY.ID, JAKARTA – The First Meeting of the ASEAN Senior Economic Officials for the Fifty Third ASEAN Economic Ministers’ Meeting (SEOM 1/53) telah digelar pada 21, 22, dan 24 Februari 2022.
Pada awal pertemuan, para Pejabat Senior Ekonomi Negara Anggota ASEAN membahas Prioritas Ekonomi Kamboja yang mengusung tema ASEAN A.C.T: Addressing, Challenges, Together.
“Indonesia mendukung proposal Prioritas Ekonomi Kamboja untuk tahun 2022 selaku Ketua ASEAN. Namun, kami juga menekankan agar outputnya harus konkret dan doable. Saat ini ASEAN sudah memiliki banyak inisiatif, jadi harus dipastikan inisiatif yang diusung oleh Chair harus bermanfaat dan tidak tumpang tindih,” jelas Direktur Perundingan ASEAN Dina Kurniasari yang mewakili Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional saat memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut.
Pertemuan juga mendiskusikan berbagai perkembangan untuk integrasi ekonomi kawasan dan pemulihan ekonomi pasca Covid-19, antara lain dukungan untuk meluncurkan perundingan up-grading Persetujuan Perdagangan Barang di ASEAN (ATIGA) pada pertemuan AEM Retreat, Maret mendatang dan MoU on the Implementation of Non-Tariff Measures on Essential Goods under the Hanoi Plan of Action yang diperpanjang hingga tahun 2024.
“MoU List of Essential Goods sangat penting untuk memastikan adanya arus perdagangan barang yang bebas hambatan di masa pandemi khususnya untuk produk-produk esensial seperti obat-obatan dan vaksin. Namun kedepannya kami menegaskan, diperlukan parameter yang jelas untuk memasukkan produk dalam daftar esensial dan pentingnya dilakukan kajian untuk melihat manfaat dari MoU,” tegas Dina.
Pertemuan juga membahas berbagai isu ekonomi antara ASEAN dengan negara mitranya, antara lain Upgrading Perjanjian ASEAN-Australia-New Zealand FTA (AANZFTA) yang ditargetkan selesai September ini, ASEAN-India Trade in Goods Agreement (AITIGA); Joint Feasibility Study Upgrading ASEAN-China FTA (ACFTA) dan ASEAN-Korea FTA (AKFTA).
“Proses upgrading Persetujuan ASEAN dengan para negara mitranya merupakan upaya ASEAN dalam meningkatkan relevansi perjanjian tersebut dengan perkembangan ekonomi dunia yang sangat pesat. Sehingga menjadi lebih responsif, tangguh, modern, bernilai tambah, dan trade facilitative untuk para pelaku usaha dalam mengoptimalkan utilisasinya,” ujar Dina.
Pada Pertemuan ini, Indonesia selaku country coordinator untuk perundingan ASEAN-Canada FTA (ACAFTA) juga menyampaikan paparan terkait perkembangan terakhir dari perundingan ini.
ACAFTA merupakan perundingan ASEAN pertama dengan Mitra dari benua Amerika.
“Perundingan ACAFTA ditargetkan dapat diselesaikan secara substansial pada 2023. Sehingga, seluruh pihak perlu mengintensifkan berbagai upaya untuk menjembatani berbagai perbedaan dan memfinalisasi berbagai persiapan untuk menghadapi putaran pertama bulan April 2022”, pungkas Dina. (ATN)
Discussion about this post