ASIATODAY.ID, TEHERAN – Iran menghadapi situasi darurat polusi udara.
Pasalnya, sepanjang 2022, tingkat kematian warga akibat terpapar polusi sangat tinggi. Hampir 42 ribu orang meninggal dunia menurut Somayeh Rafiei, seorang anggota komite lingkungan di parlemen Iran.
Somayeh Rafiei lantas mengkritik proposal baru-baru ini yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan.
“Lebih dari 41.700 orang meninggal di negara itu pada 2021 karena partikulat 2,5 mikron atau lebih kecil,” kata anggota parlemen Somayeh Rafiei, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette, Kamis (15/12/2022).
Rafiei mengkritik proposal tersebut untuk mengurangi standar emisi pada beberapa kendaraan impor. Menurut Rafiei, biaya polusi udara ke negara itu lebih tinggi dari yang diharapkan.
Dia menunjukkan polusi udara di negara itu telah menyebabkan kerusakan tahunan sebesar US$7-US$11 miliar, sementara biaya tidak langsung belum dihitung.
Rafiei juga menyinggung Dewan Menteri karena menerima proposal tersebut tanpa terlebih dahulu melalui prosedur resmi yang diperlukan, dengan mengatakan ini bertentangan dengan undang-undang udara bersih negara itu.
“Sejak 21 Maret, jumlah hari tidak sehat dalam hal indeks kualitas udara di Teheran telah berlipat ganda dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penduduk di Teheran memiliki dua hari dengan udara segar tahun ini, sementara orang-orang Isfahan, Karaj, Ahwaz, dan Arak hanya memiliki satu hari,” jelasnya.
Teheran dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai salah satu kota paling tercemar di dunia, dengan kualitas udara yang buruk memaksa penutupan sekolah dan bisnis. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post