ASIATODAY.ID, JAKARTA – Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS), Rosan Perkasa Roeslani optimistis volume dan nilai perdagangan serta investasi antara Indonesia dan AS terus meningkat kendati pandemi Covid-19 belum tuntas dan juga lantaran perang Rusia-Ukraina.
“Perdagangan Indonesia-AS terus naik signifikan. Nilai ekspor Indonesia pada 2020-2021 misalnya naik 36 persen atau sekitar US$37 miliar. Nilai investasi AS juga naik 74 persen atau setara US$2,5miliar,” kata Rosan dalam perbincangan melalui Instagram bersama Gali Johannes, Sabtu (6/8/2021).
Rosan juga mencatat surplus perdagangan Indonesia-AS mencapai US$14,5 miliar. Nilai perdagangan terus naik dan pada tahun 2022 ini dari Januari hingga Mei ekspor Indonesia ke AS naik 31 persen. Sementara investasi tumbuh sekitar 20 persen.
“AS menjadi negara terbesar kedua partner dagang kita. Surplus dagang kita dengan AS memang bukan yang terbesar tetapi yang terbaik,” ujar Rosan.
Melihat tren pertumbuhan perdagangan dan investasi ini, Rosan optimis target perdagangan Indonesia dan AS sebesar US$60 miliar pada 2024 bisa tercapai.
“Ini target yang ambisius tapi melihat tren kenaikan, saya optimistis tercapai dan ini memberikan azas manfaat bagi Indonesia,” ujarnya.
Menurut Rosan, komoditas ekspor Indonesia tertinggi ke AS adalah elektronik, minyak nabati, pakaian, alas kaki, karet dan perhiasan.
Sementara investasi AS di Indonesia yang paling besar di sektor ekonomi digital, energi bersih, pertambangan dan makanan.
Ekspor Indonesia
Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia per Juni 2022 mencapai US$26,09 miliar atau naik 21,30 persen dibanding ekspor Mei 2022. China, India dan AS menjadi tiga negara tujuan ekspor Indonesia.
“Dibanding Juni 2021 nilai ekspor naik sebesar 40,68 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, baru-baru ini.
Menurut Margo, ekspor nonmigas Juni 2022 mencapai US$24,56 miliar, naik 22,71 persen dibanding Mei 2022, dan naik 41,89 persen dibanding ekspor nonmigas Juni 2021.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2022 mencapai US$141,07 miliar atau naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
“Sementara ekspor nonmigas mencapai US$133,31 miliar atau naik 37,33 persen,” katanya.
BPS mencatat, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Juni 2022 terhadap Mei 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$2.538,9 juta (300,66 persen). Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$491,7 juta (18,02 persen).
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Juni 2022 naik 25,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 13,19 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 107,19 persen.
Sedangkan ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$5,08 miliar dan US$1,68 miliar.
Untuk daerah atau provinsi asal yang menyumbang ekspor terbesar pada Januari–Juni 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$19,23 miliar (13,64 persen). Diikuti Kalimantan Timur US$16,06 miliar (11,39 persen) dan Jawa Timur US$12,87 miliar (9,12 persen). (ATN)
Discussion about this post