ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan Mining and Industry Indonesia (MIND ID) membukukan pendapatan senilai Rp19,2 triliun sepanjang kuartal I/2021. Capaian ini meningkat 18,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp16,2 triliun.
Kinerja yang positif tersebut didukung oleh meningkatnya produksi dan penjualan sejumlah komoditas seperti bijih nikel, bijih bauksit, alumunium, dan emas.
Dari pendapatan itu, MIND ID mencatatkan laba bersih senilai Rp1,6 triliun. Realisasi tersebut meningkat signifikan dari capaian pada periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan rugi bersih senilai Rp1,01 triliun.
“Laba bersih kami pada 2020 sebesar Rp1,8 triliun dalam setahun (full year). Tahun ini untuk kuartal pertama sampai dengan Maret, laba bersih kami Rp1,6 triliun,” kata CEO Grup MIND ID Orias Petrus Moedak dalam konferensi pers, Jumat (7/5/2021).
Dikatakan, produksi bijih nikel naik menjadi 2,65 juta ton pada kuartal I/2021 dari 629.000 ton pada kuartal I/2020, dengan penjualan sepanjang kuartal I/2021 mencapai 1,59 juta ton.
Kemudian produksi bijih bauksit meningkat dari 332.000 ton pada kuartal I/2020 menjadi 563.000 ton pada kuartal I/2021 dengan penjualan yang meningkat dari 55.000 ton menjadi 385.000 ton.
Kemudian, produksi alumunium meningkat dari 60.000 ton menjadi 62.000 ton pada kuartal I/2021 dan penjualannya naik dari 59.000 ton pada kuartal I/2020 menjadi 61.000 ton pada kuartal I/2021.
Sementara itu, penjualan emas meningkat signifikan dari 4,8 troy ounce pada kuartal I/2020 menjadi 7,4 troy ounce pada kuartal I/2021.
Pada tahun lalu holding yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk tersebut mampu mencetak laba bersih senilai Rp1,8 triliun atau meningkat 7,318 persen dibandingkan 2019 sebesar Rp24,5 miliar.
MIND ID mencatat total pendapatan sebesar Rp66,6 triliun pada 2020. Tiga kontributor terbesar pendapatan perusahaan berasal dari komoditas emas sebesar 29,1 persen, batu bara 25,9 persen, dan timah 21,5 persen.
Sebaliknya, aluminium berkontribusi 9,8 persen, feronikel 7 persen, bijih nikel 2,9 persen, dan lain-lain sebesar 3,7 persen. (ATN)
Discussion about this post