• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
  • Arabic
  • Chinese (Simplified)
  • English
  • French
  • German
  • Indonesian
  • Korean
  • Norwegian
  • Russian
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

5 Sumber Terbesar Polusi Udara di Jakarta, Paling Akhir Sangat Berbahaya

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
June 24, 2022
in Sains & Lingkungan
3 min read
0
5 Sumber Terbesar Polusi Udara di Jakarta, Paling Akhir Sangat Berbahaya

Kota Jakarta diselimuti Polusi Udara. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Polusi udara di DKI Jakarta kian memburuk. Penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya sudah terjadi sejak tanggal 15 Juni 2022.

“Menurunnya kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang kondusif untuk menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM2.5,” jelas Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia, Urip Haryoko, Jumat ( 24/6/2022).

Saat ini, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3 atau mikrogram per meter kubik. PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer).

RelatedPosts

Konservasi Raja Ampat, Pemerintah Indonesia Diganjar Blue Park Awards

Di Forum UNOC, Indonesia Ungkap Komitmen 32,5 Juta Hektar Kawasan Konservasi Perairan

Energy Expert, Inovasi Alibaba Cloud untuk Menghitung Emisi Karbon

Riset: 43 Persen Sungai di Dunia Tercemar Limbah Farmasi

PBB Luncurkan SOFF, Inisiatif Pendanaan Baru untuk Mendukung Aksi Iklim

Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan, dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan gangguan pada paru-paru.

Berdasarkan Perban Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Penyebaran Informasi Kualitas Udara yang mengatur terkait pewarnaan dan rentang konsentrasi per jam PM2.5, yaitu rentang nilai 0-15 µg/m3 dengan kategori Baik, 16-65 µg/m3 dengan kategori Sedang, 66-150 µg/m3 dengan kategori tidak sehat, 151-250 µg/m3 dengan kategori sangat tidak sehat, dan >250 µg/m3 dengan kategori berbahaya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai baku mutu udara ambien untuk PM2.5 dalam waktu pengukuran 24 jam sebesar 65 µg/m3 kemudian diperketat dengan PP RI No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai baku mutu udara ambien PM2.5 selama 24 jam yaitu sebesar 55 µg/m3.

Hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di BMKG Kemayoran Jakarta menunjukkan bahwa sepanjang bulan Juni 2022 ini konsentrasi rata-rata PM2.5 berada pada level 49.07 µg/m3.

“Konsentrasi PM2.5 memperlihatkan pola diurnal yang mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari. Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari,” paparnya.

“Khusus pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3 pada tanggal 15 Juni 2022,” sambungnya.

Menurutnya, tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap.

Pada tanggal 16-17 Juni konsentrasi PM2.5 cenderung turun dibandingkan tanggal 15 Juni saat terjadi konsentrasi yang cukup tinggi. Namun terjadi kenaikan konsentrasi PM2.5 pada tanggal 18 Juni hingga mencapai 147,5 µg/m3.

Pada hari ini tanggal 23 Juni 2022 konsentrasi PM2.5 berada di atas 80 µg/m3 pada pukul 8 hingga 9 pagi WIB.

Berikut 5 faktor yang mempengaruhi konsentrasi PM2.5 tetap memberikan kontribusi pada penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya di antaranya:

Pertama, konsentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.

“Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5,” jelasnya.

Kedua, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.

Menurut Urip, pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini.

Ketiga, peningkatan konsentrasi PM2.5 memiliki korelasi positif atau hubungan yang berbanding lurus dengan kadar uap air di udara yang dinyatakan oleh parameter kelembapan udara relatif.

Pada beberapa hari terakhir, tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi yang dalam istilah teknisnya merujuk pada perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara.

Keempat, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.

Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasi partikulat yang terukur di alat monitoring.

Kelima, terjadinya stagnasi pergerakan udara yang menyebabkan polutan udara yang telah terakumulasi di wilayah ini tidak beranjak dan berimbas pada kondisi yang cenderung bertahan lama.

“Kondisi stagnasi udara ditandai oleh kecepatan angin rendah yang tidak hanya berimbas pada akumulasi PM2.5, tetapi juga dapat memicu produksi polutan sekunder udara lain seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang,” urainya.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara di luar ruangan. (ATN)

Tags: Emisi KarbonPolusi JakartaPolusi Udara
Previous Post

Kekerasan Militer di Myanmar: 2.000 Jiwa Rakyat Sipil Terbunuh

Next Post

Indonesia Bangun Jembatan Gantung Kaca di Kawasan Bromo Tengger Semeru

Related Posts

Negara-negara Eropa Akhirnya Kembali ke Batu Bara karena Krisis Energi
Sains & Lingkungan

Energy Expert, Inovasi Alibaba Cloud untuk Menghitung Emisi Karbon

July 2, 2022
Indonesia Terapkan Pajak Karbon Mulai 1 Juli 2022
Sains & Lingkungan

Jepang Hentikan Bantuan untuk PLTU Batu Bara di Indonesia dan Bangladesh

June 23, 2022
Krisis Udara Bersih Belum Beranjak dari Jakarta
Sains & Lingkungan

Polusi Udara di Jakarta Berbahaya, Darimana Sumbernya?

June 19, 2022
IQ Air: Kualitas Udara Kota Jakarta Paling Buruk di Dunia 1
Sains & Lingkungan

IQ Air: Kualitas Udara Kota Jakarta Paling Buruk di Dunia

June 17, 2022
Polusi Udara Beracun Selimuti Ibu Kota India
Sains & Lingkungan

Polusi Udara Membunuh Lebih Cepat, Terparah di Asia Selatan

June 15, 2022
IMF: Hentikan Batu Bara, Dunia Untung USD77,89 Triliun 2
Sains & Lingkungan

IMF: Hentikan Batu Bara, Dunia Untung USD77,89 Triliun

June 4, 2022
Next Post
Indonesia Bangun Jembatan Gantung Kaca di Kawasan Bromo Tengger Semeru 3

Indonesia Bangun Jembatan Gantung Kaca di Kawasan Bromo Tengger Semeru

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Konservasi Raja Ampat, Pemerintah Indonesia Diganjar Blue Park Awards
  • Di Forum UNOC, Indonesia Ungkap Komitmen 32,5 Juta Hektar Kawasan Konservasi Perairan
  • EKONOMI INDONESIA: Pendapatan Negara Semester I/2022 Tembus Rp1.317,2 Triliun
  • Energy Expert, Inovasi Alibaba Cloud untuk Menghitung Emisi Karbon
  • Pekerja Mogok Kerja, Penerbangan di Bandara Paris Lumpuh  
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKoreanNorwegianRussian