• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

ASEAN Jadi Pusat Keanekaragaman Hayati di Dunia, Strategis Bagi Investasi Kesehatan

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
April 8, 2021
in Sains & Lingkungan
2 min read
0
ASEAN Jadi Pusat Keanekaragaman Hayati di Dunia, Strategis Bagi Investasi Kesehatan

Kantor Pusat Keanekaragaman Hayati ASEAN (ASEAN Center for Biodiversity/ACB). Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
62 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dianggap sebagai pusat keanekaragaman hayati di dunia. Kekayaan itu dipandang sangat strategis untuk menjadi peluang investasi berkelanjutan khususnya di sektor kesehatan.

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Keanekaragaman Hayati ASEAN (ASEAN Center for Biodiversity/ACB) Theresa Mundita S. Lim, berinvestasi dalam keanekaragaman hayati menjadi bagian penting terhadap kesehatan manusia.

“Kami telah melihat bagaimana pandemi Covid-19 mengungkap hubungan yang rapuh antara manusia dan alam,” ujar dia melalui dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (8/4/2021).

RelatedPosts

Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim

Diplomasi Anies Baswedan Jadi Rujukan PBB dalam Aksi Iklim Global

Indonesia Lebih Mampu Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan Dibanding AS, UE dan Australia

Indonesia Komitmen Lestarikan 6 Situs UNESCO Global Geopark

Indonesia Berambisi Tekan Emisi Karbon Hingga 314 Juta Ton di 2030

Momentum Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap 7 April, Theresa memandang tema ‘Building a Fairer, Healthier World‘ (Membangun Dunia yang Lebih Adil dan Lebih Sehat) adalah pengingat yang tepat bahwa kesehatan adalah dasar dari pemulihan ekonomi dan kemakmuran.

“Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan investasi yang sesuai di alam dan keanekaragaman hayati,” imbuhnya.

Di kawasan ASEAN, hingga 31 Maret 2021 pandemi Covid-19 telah merenggut 58.589 jiwa, dengan 2.827.782 kasus yang dikonfirmasi sejak 2020.

Namun, akhir pandemi belum terlihat seiring dengan gelombang baru infeksi yang melanda beberapa negara di dunia dan ancaman penyakit baru yang muncul. Ia menilai keanekaragaman hayati sangat berharga dalam memastikan kesehatan bagi semua.

Menurut dia, keanekaragaman hayati yang sehat meliputi keragaman genetik, spesies, dan ekosistem adalah komponen vital, karena tidak hanya membangun ketahanan dari penyakit, tetapi juga mempersempit kesenjangan sistem kesehatan.

“Dengan keanekaragaman hayati yang kurang sehat, manusia berada pada risiko besar,” jelasnya.

Ia merujuk laporan pandemi Covid-19 terbaru dari Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) yang memperingatkan tentang bagaimana peningkatan aktivitas manusia mendorong risiko pandemi.

“Laporan tersebut mengidentifikasi eksploitasi lingkungan yang tidak berkelanjutan karena perubahan penggunaan lahan, perluasan pertanian, perdagangan, dan konsumsi satwa liar yang mengganggu interaksi alami antara satwa dan mikroba mereka,” katanya.

Di ASEAN, penyakit kardiovaskular, masalah pernapasan kronis, dan diabetes merupakan penyebab utama kematian.

“Ini sebagian besar didorong oleh kurangnya akses makanan dan keanekaragaman makanan, lingkungan yang aman dan gaya hidup aktif. Oleh karena itu, sangat penting bahwa lingkungan yang mendukung menjamin ekosistem yang sehat,” jelasnya.

Theresa memandang, ASEAN merupakan rumah bagi beragam spesies tanaman obat. Dalam mengatur dan mengelola sumber daya ini menekankan keterkaitan yang kuat antara kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati.

Misalnya, Senna alata atau akapulko, tanaman obat yang ada di enam negara anggota ASEAN memiliki sifat antiradang, antijamur, dan lain-lain. Kemudian, terdapat juga Euphorbiaceae atau prakplae di Kamboja, digunakan sebagai obat alami untuk diabetes dan gangguan pencernaan.

Selain manfaat pengobatan dan kesehatan, sumber daya obat yang ditemukan di alam juga memberikan penghasilan tambahan dan mata pencaharian bagi banyak komunitas.

“Segala bentuk investasi dalam keanekaragaman hayati dan kesehatan masyarakat tidak akan pernah sia-sia. Manfaat nyata dari melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayatinya tidak dapat dihitung dan dapat dinikmati oleh generasi ke generasi,” imbuh Theresa. (ATN)

Tags: ASEAN Center for BiodiversityBiodiversityGreen InvestmenKeanekaragaman Hayati
Previous Post

Siapkan Capex Rp2,84 Triliun, Antam Genjot Produksi Nikel dan Smelter

Next Post

Permintaan Mulai Pulih, ICP Maret Naik ke USD63,50 per Barrel

Related Posts

Konservasi Mangorove Indonesia Menggema di Forum Dunia
Sains & Lingkungan

Biodiversity Indonesia Terbesar di Dunia, Jangan Sampai Hilang Sia-sia

March 28, 2021
Auto Draft
Sains & Lingkungan

Konservasi Air, Upaya Indonesia Mitigasi Krisis Air di Masa Depan

March 24, 2021
‘Saatnya Indonesia Bangun Kekuatan Geopolitik untuk Selamatkan Kekayaan Genetik’
Sains & Lingkungan

‘Saatnya Indonesia Bangun Kekuatan Geopolitik untuk Selamatkan Kekayaan Genetik’

March 24, 2021
Indonesia Sambut Terbuka Investor Eropa
Sains & Lingkungan

Jerman Gelontorkan Rp41,25 Triliun untuk Indonesia Bangun Infrastruktur Hijau

March 6, 2021
Ilmuwan Temukan Kembali Fosil Cumi-cumi Vampir Berusia 30 Juta Tahun
Sains & Lingkungan

Ilmuwan Temukan Kembali Fosil Cumi-cumi Vampir Berusia 30 Juta Tahun

March 1, 2021
Suhu Dingin Ekstrem, Ribuan Penyu Terdampar di Pesisir Texas, AS
Sains & Lingkungan

Suhu Dingin Ekstrem, Ribuan Penyu Terdampar di Pesisir Texas, AS

February 19, 2021
Next Post
Indonesia Hentikan Pasokan Gas ke Singapura, ConocoPhillips Tunggu Kebijakan Baru

Permintaan Mulai Pulih, ICP Maret Naik ke USD63,50 per Barrel

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Kota-kota di Asia Kini Paling Mahal di Dunia
  • Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim
  • Denmark Buka Kunjungan Wisatawan Global Mulai Bulan Depan
  • Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta
  • Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.