ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kondisi planet bumi yang terus mengalami tekanan akibat pemanasan global dan perubahan iklim, mendorong miliarder sekaligus CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk terlibat aktif dalam upaya mengatasi dan memerangi emisi karbon.
Pasalnya, emisi karbon di atmosfer saat ini kian parah, sementara upaya untuk mengatasinya belum menunjukkan progres nyata oleh dunia internasional.
Musk pun mengajak para Inovator di seluruh dunia untuk menciptakan teknologi yang mampu mengatasi emisi karbon. Ia siap mendonasikan USD100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun untuk mendanai inovasi tersebut.
Musk telah mengumumkan komitmennya itu melalui akun Twitter miliknya, pada Kamis malam, 21 Januari 2021. Dia mengatakan akan memberikan informasi detail lebih lanjut tentang donasi ini pada minggu depan.
“Saya siap mendonasikan USD100 juta sebagai hadiah bagi yang teknologi penangkapan karbon terbaik,” tweet Musk kepada 42,7 juta pengikutnya dikutip Sabtu (23/1/2021).
Penangkapan karbon adalah proses menangkap limbah karbondioksida baik langsung dari udara, atau sesaat sebelum dikeluarkan dari pabrik dan pembangkit listrik.
Adapun teknologi pertama yang biasanya sering dilakukan adalah memasang filter pelarut di cerobong asap pabrik, yang menangkap emisi karbon sebelum dilepaskan ke atmosfer bumi.
Usai ditangkap, karbondioksida kemudian dikirim atau disalurkan ke suatu tempat lain, di mana seringkali jauh di bawah tanah untuk mencegahnya berkontribusi pada pemanasan global.
Sebagian besar karbondioksida yang ditangkap tetap berada di bawah tanah, tetapi beberapa di antaranya juga dapat digunakan untuk membuat plastik dan minuman bersoda.
Informasinya, dana yang didonasikan Musk tersebut akan dikontribusikan ke Xprize Foundation, seperti laporan TechCrunch mengutip sumber anonim. Yayasan ini adalah lembaga nonprofit yang mengadakan kompetisi untuk mempromosikan dan mendukung inovasi.
Menurut Bloomberg Billionaire Index, Elon Musk memiliki total kekayaan bersih USD201 miliar (Rp 2.833 triliun), sementara Bezos memiliki USD 193 miliar (Rp 2.720 triliun).
Pendiri Microsoft Bill Gates adalah orang terkaya berikutnya, dengan total kekayaan bersih USD 134 miliar.
Musk baru-baru ini juga sempat bertanya kepada pengikutnya di Twitter tentang apa yang harus dia lakukan dengan uangnya.
“Umpan balik kritis selalu sangat dihargai, serta cara untuk menyumbangkan uang yang benar-benar membuat perbedaan (jauh lebih sulit daripada yang terlihat),” bunyi tweet Elon Musk 8 Januari.
Mengapa penangkapan karbon diperlukan?
Emisi karbondioksida global telah melonjak selama 100 tahun terakhir, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Saat ini ada sekitar 20 proyek penangkapan, penggunaan dan penyimpanan karbon (CCUS) yang beroperasi secara komersial di seluruh dunia, menurut Badan Energi Internasional.
Badan tersebut mengatakan bahwa 30 proyek baru telah disetujui sejak 2017. Meski demikian, lembaga ini tetap menekankan bahwa masih banyak lagi yang diperlukan untuk mencegah emisi karbon meningkatkan suhu di Bumi lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
IEA yakin proyek CCUS dapat mengurangi emisi karbon hampir seperlima, serta memangkas biaya penanganan krisis iklim hingga 70 persen. Mengadaptasi industri berat agar berjalan dengan energi bersih relatif sulit dan mahal dibandingkan dengan memasang sistem penangkapan karbon.
Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk lebih fokus pada pengurangan emisi daripada pendahulunya dan mengatakan dia ingin AS menjadi netral karbon pada tahun 2050. (ATN)
Discussion about this post