ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menghadapi masalah besar dalam pengelolaan limbah pangan. Pasalnya, selain tata kelola yang masih buruk, dibutuhkan kolaborasi untuk mengatasi masalah ini.
Merujuk hasil Studi Food Loss and Waste, Indonesia membuang 23 juta-48 juta ton limbah makanan per tahun pada periode 2000-2019 yang mengeluarkan sekitar 82,26 Mton CO2eq per tahun atau 7,29 persen dari total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia. Limbah pangan ini juga menyumbang sekitar 40,4 persen dari total sampah Indonesia pada 2020.
Sementara, produksi limbah pangan di Indonesia menyebabkan kerugian ekonomi antara Rp213 triliun hingga Rp551 triliun per tahun.
Menurut Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Medrilzam, untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan perubahan mindset dari semua pihak dari hulu ke hilir.
Dalam permasalahan food waste and loss, masyarakat sebagai konsumen didorong untuk lebih bijak dalam konsumsi agar dapat mengurangi mubazir pangan.
“Kolaborasi jadi kata kunci terutama terkait pengelolaan rantai pasok pangan perlu terus ada kolaborasi. Bappenas mendorong G20 dan T20 untuk dapat dijadikan momentum knowledge sharing serta memberikan pemikiran inovatif berbagai kebijakan baik di tingkat global maupun nasional,” jelas Medrilzam, Senin (20/6/2022).
Direktur Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB Damayanti Buchori menyampaikan, kerja sama internasional dapat mendukung setiap negara mengatasi susut dan limbah pangan. Kerja sama global juga dapat membantu peningkatan produksi pangan yang berdampak positif pada perekonomian.
Upaya penanganan food waste lain yang perlu dilakukan antara lain memperkuat komunikasi penggiat dan donator, memperkuat Focus Group Discussion untuk penyusunan regulasi, membuat MoU dengan berbagai pihak, memfasilitasi pengurangan food waste, edukasi serta kajian penyusunan database agar target penurunan menjadi clear.
Akademisi dari IPB Dominicus S. Priyarsono menyampaikan, perlu solusi teknologi yang tepat yang dapat mengubah waste menjadi pangan, tidak hanya pakan.
Oleh karena itu, kerja sama internasional penting untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dalam mengatasi susut dan limbah pangan di masing-masing negara.
“Kebutuhan pangan Indonesia semakin besar. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan jumlah penduduk yang besar, sementara jumlah lahan sawah tidak bertambah. Kita sangat mengapresiasi para penyedia kebutuhan pangan serta para pihak yang menggalakkan kegiatan susut dan limbah pangan,” ungkapnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Indah Budiani berharap kolaborasi berbagai pihak dapat membantu percepatan praktik pengurangan food loss and waste di industri terkait.
Menurutnya kolaborasi ini akan membawa hasil yang lebih masif dalam upaya bersama mengurangi limbah pangan.
“Kegiatan diskusi ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk G20 melalui penyusunan policy brief sebagai jalan keluar permasalahan FLW dalam mendorong sustainable development. Adanya diskusi ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan, yang dapat didiskusikan hingga ke tingkat internasional,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post