ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tingkat polusi udara di Asia Tenggara menjadi yang paling buruk di dunia.
Di kawasan itu, polusi udara paling terburuk dialami Myanmar sebagai negara paling tercemar, dan rata-rata harapan hidup terkikis 1,6 tahun akibat polusi.
Laporan Air Quality Life Index (AQLI) yang dikeluarkan Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago menyimpulkan hal tersebut dari perbandingan kondisi apabila batas aman menurut pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpenuhi di angka 5 µg/m³.
“Polusi udara memperpendek harapan hidup rata-rata penduduk Myanmar sebesar 2,9 tahun dibandingkan dengan pedoman WHO,” demikian bunyi poin laporan tersebut, dikutip Kamis (31/8/2023).
Sementara, di Kamboja, polusi partikulat meningkat sebesar 41,4 persen dari rentang 1988 hingga 2021, menjadikannya sebagai negara di Asia Tenggara dengan peningkatan polusi terbesar selama periode ini.
Apabila Kamboja mampu mengurangi polusi sesuai pedoman WHO, rata-rata penduduknya akan memperoleh harapan hidup 1,5 tahun.
Sementara Indonesia mencatatkan penurunan harapan hidup sebesar 1,4 tahun. DKI Jakarta menjadi provinsi paling tercemar dengan penurunan harapan hidup sebesar 2,4 tahun dibandingkan dengan pedoman WHO.
“Jika dirata-rata, polusi partikulat mengurangi harapan hidup penduduk Asia Tenggara sebesar 1,6 tahun,” kata laporan itu.
Polusi partikulat dijelaskan sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan, yang mengurangi 1,4 tahun umur rata-rata penduduk Indonesia. Tidak jauh berbeda, infeksi pernafasan juga disebut menurunkan harapan hidup sebanyak 1 tahun.
Keduanya berada di antara diabetes dan infeksi ginjal yang menurunkan rata-rata harapan hidup sebanyak 1,2 tahun. Sementara itu, apabila ditilik dalam lingkup daerah, penurunan angka rata-rata harapan hidup tersebut menjadi lebih besar.
“Di DKI Jakarta, provinsi paling berpolusi di Indonesia, 10,7 juta penduduk diperkirakan akan kehilangan rata-rata harapan hidup sebesar 2,4 tahun jika dibandingkan dengan pedoman WHO,” kata laporan itu.
Sebaliknya, apabila pedoman WHO bisa dipenuhi dalam beberapa waktu ke depan, angka harapan hidup di berbagai daerah padat di Indonesia dapat meningkat sebanyak 2-3 tahun.
Provinsi Jawa Barat menjadi contoh peningkatan angka harapan hidup paling signifikan apabila kualitas udaranya menjadi lebih baik.
“Jika Indonesia mampu mengurangi polusi partikulat untuk memenuhi pedoman WHO, penduduk di Jawa Barat sebagai provinsi terpadat di Indonesia dengan 49,1 juta jiwa akan memperoleh harapan hidup 2 tahun,” terang laporan tersebut.
Adapun dalam data yang sama, nyaris seluruh penduduk Asia Tenggara yang berjumlah 673,7 juta jiwa tinggal di wilayah dengan partikulat PM 2.5 melebihi pedoman WHO. Jika digabungkan, 11 negara di kawasan ini kehilangan total 1,1 miliar tahun harapan hidup akibat polusi udara. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post