ASIATODAY.ID, JAKARTA – Planet bumi kian menderita. Rendahnya kesadaran manusia untuk mengurangi dan menghentikan emisi karbon, terus berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon di atmosfer.
Hasil riset terbaru dari German Aerospace Center memperlihatkan, lubang ozon di atas Antartika menjadi salah satu yang terbesar dan terdalam dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, lubang tersebut telah mencapai ukuran maksimumnya.
Pengukuran dari satelit milik European Space Agency (ESA), Copernicus Sentinel-5P menunjukkan bahwa lubang ozon tahun ini mencapai ukuran maksimum sekitar 25 juta km persegi pada 2 Oktober.
Ukuran lubang ozon tahun ini sebanding dengan ukuran 2018 dan 2015, masing-masing dengan luas 22,9 juta dan 25,6 juta meter persegi dalam periode yang sama.
Kondisi ini kian mengerikan. Padahal tahun lalu, lubang ozon tidak hanya menutup lebih awal dari biasanya, tetapi juga lubang terkecil yang tercatat dalam 30 tahun terakhir.
Ukuran lubang ozon berfluktuasi secara teratur. Dari Agustus hingga Oktober, lubang ozon bertambah besar dan mencapai ukuran maksimum antara pertengahan September dan pertengahan Oktober.
Ketika suhu tinggi di stratosfer mulai naik di belahan bumi selatan, penipisan ozon melambat, pusaran kutub melemah dan akhirnya rusak, dan pada akhir Desember tingkat ozon kembali normal.
“Pengamatan kami menunjukkan bahwa lubang ozon tahun 2020 telah berkembang pesat sejak pertengahan Agustus dan menutupi sebagian besar benua Antartika dengan ukurannya jauh di atas rata-rata,” terang Diego Loyola, dari German Aerospace Center.
Manajer misi ESA untuk Copernicus Sentinel-5P, Claus Zehner, menerangkan lubang ozon yang ditemukan entinel-5P memberikan cara yang akurat untuk memantau kejadian lubang ozon dari luar angkasa.
“Fenomena lubang ozon tidak dapat digunakan secara langsung untuk memantau perubahan ozon global karena ditentukan oleh kekuatan medan angin kuat regional yang mengalir di sekitar area kutub,” kata Zehner.
Dikutip dari ESA, meluasnya penggunaan chlorofluorocarbons (CFC) yang biasa ada di lemari es dan kaleng aerosol pada 1970-an dan 1980-an telah merusak lapisan ozon.
Atas kondisi itu, Protokol Montreal dibuat pada tahun 1987 untuk melindungi lapisan ozon dengan menghentikan produksi dan konsumsi zat berbahaya ini secara bertahap untuk memulihkan lapisan ozon.
Dilansir dari CNN, laporan tahun 2018 oleh Program Lingkungan PBB dan WMO memperkirakan bahwa nilai ozon di atas Antartika akan kembali ke level sebelum 1980-an pada tahun 2060.
“Berdasarkan Protokol Montreal dan penurunan zat antropogenik perusak ozon, para ilmuwan saat ini memperkirakan bahwa lapisan ozon global akan mencapai keadaan normalnya lagi sekitar tahun 2050,” kata Zehner. (ATN)
Discussion about this post