ASIATODAY.ID, KUPANG – Sebagai negeri maritim, Laut Indonesia Indonesia tidak saja hanya menjadi jalur transportasi, namun juga menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan dan spesies mamalia Endemik.
Spesies itu tersebar di berbagai Taman Nasional laut, salah satunya Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain keanekaragaman hayatinya, keberadaan spesies mamalia Endemik di taman nasional itu menjadi daya tarik tersendiri untuk dikembangkan untuk kepentingan konservasi, termasuk ecotourisme.
“Perairan TNP Laut Sawu menjadi habitat dan jalur migrasi mamalia laut. Berdasarkan hasil monitoring tahun 2013 hingga 2020 telah ditemukan 8 jenis paus dan 8 jenis lumba-lumba yang tersebar di seluruh kawasan TNP Laut Sawu dengan tingkat kemunculan terjadi sepanjang tahun” ujar Dirjen PRL, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Aryo Haryono dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/7/2020).
Pengelolaan mamalia laut di TNP Laut Sawu merupakan bagian dari implementasi Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022 yang telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018.
“Dalam pengelolaan mamalia laut, selain pelestarian juga perlu dilakukan pemanfaatan secara berkelanjutan untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram M. Sangadji saat Webinar Setasea di TNP Laut Sawu menyampaikan bahwa pelaksanaan wisata pengamatan mamalia laut perlu dilakukan dengan penerapan aturan atau SOP yang ketat agar kehadiran wisatawan tidak mengganggu mamalia laut.
“Pengembangan wisata sebagai wujud pemanfaatan berkelanjutan ini sangat potensial untuk dilakukan di TNP Laut Sawu namun pelaksanaannya tetap harus berpedoman pada asas konservasi dan keberlanjutan, seperti penerapan aturan yang ketat agar kehadiran wisatawan tidak mengganggu mamalia laut,” jelas Ikram di Kupang (25/6).
Ikram menerangkan dengan banyaknya jenis mamalia laut yang ada, di wilayah TNP Laut Sawu sering juga terjadi peristiwa mamalia laut terdampar.
Berdasarkan data BKKPN Kupang dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2020 tercatat telah terjadi 17 kali peristiwa mamalia laut terdampar.
“Sebagai upaya antisipasi, BKKPN Kupang terus melakukan penyadartahuan kepada masyarakat mengenai teknik penanganan mamalia laut terdampar,” terangnya.
Lebih lanjut Ikram menjelaskan bahwa ke depan BKKPN Kupang berencana untuk mengembangkan TNP Laut Sawu sebagai icon mamalia laut dengan menyiapkan sistem wisata pengamatan mamalia laut dan pusat studi mamalia laut yang memanfaatkan bangkai mamalia laut sebagai media pembelajaran dalam bentuk wisata museum.
Untuk itu, BKKPN Kupang akan menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait seperti NGO ataupun institusi pendidikan yang bergerak di bidang pelestarian mamalia laut.
“Saya berharap nantinya pengelolaan mamalia laut yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan tetap menerapkan kaidah-kaidah aturan agar pelestarian biota laut dan peningkatan perekonomian masyarakat dapat berjalan secara beriringan,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post